Si EmPunYa BloG

Hanya semua coret-coretan tak berharga. Menyemai waktu dalam kesulitan angka dan segala kalkulasi dari persamaan differensial. Seorang manusia bernama Nanda Shabrina, yang terlalu sibuk oleh dirinya sendiri, terjebak dalam 'fisika', dan kini tengah merasakan nikmatnya terjebak di sana.

Kamis, 25 November 2010

'iya, pacar saya alergi terasi' ^%$#*&!@

Awalnya, disuatu sore setelah kuliah elektronika dasar yang super super horor, saya pulang kuliah jam 5 sore, dan lansung cabut beli makan di pinggir jalan yang biasa kalo sore meramaikan sepanjang jalan kaliurang. biasa beli disitu, dengan lauk murah meriah *****. Pas lagi nunggu makan, ada mas-mas dan mba-mba yang udah duluan nyampe tkp,, doi berdua pake mobil kijang kapsul silver, dan tentunya, pacaran (karena bisa diliat dari gerak geriknya).

Ibu penjual ngasih makanan setelah mereka berdua mesen, beberapa saat kemudian, kejadiannya begini :
Mba-mba pacaran : Bu, ini sambel'nya ada terasinya y?
Ibu penjual : Kenapa mba? Engga ada kok
Mba-mba pacaran : Ah, masa? kok rasanya kayak ada terasinya gitu? (mukanya jijik alay gitu)
Mas-mas pacaran : ada nggak bu sebenernya?
Ibu penjual : Engga ada kok, bener.
Mba-mba pacaran : (menjauhkan piring kecil berisi sambel) ah, engga ah, saya nggak mau (mukanya tambah alay, males banget dah ngeliatnya)
Mas-mas pacaran : iya, pacar saya alergi terasi soalnya...
Ibu penjual : &^%$#@!*&^$$

ahahahahaha,,
setuju sama ibu penjual dalam hati juga *&^%$#@!!$%^&%^$
ada-ada aja tuh orang,,
Selengkapnya...

Sabtu, 20 November 2010

Sebuah Cerita Usang dari Negri Silam

Sebuah cerita usang yang tak sengaja ku temukan, dalam dekapan harian, buku seseorang yang membuat aku terdiam.


Entah tanggal berapa persisnya, pagi hari, saat ada gemilang tawa disana, tahun 2003

Bapak menunjuk namamu di papan itu, aku yang masih polos tak bernama hanya menyimpan dalam memori otakku nama itu. Hingga ia datang, pada saat seorang bak presenter terkemuka menyebut nama itu. Sosok itu, dalam dimensi yang dipersingkat variabel waktunya menjadi sepersekian detik, tiba-tiba menghiasi hari-hari ku. Hari-hari kepolosanku, hingga aku memiliki sebuah nama, tentu rasanya, tetap saja, dalam dimensi waktu yang singkat. Dalam dimensi yang terlalu singkat itu, aku berusaha menyulam nama itu dengan seluruh jiwa ragaku, memberinya hiasan cantik, motif indah, hingga akhirnya meskipun aku berusaha mengerjakan hal tersebut, hasilnya sungguh sangat buruk. Aku menentang perkataan orang bijak (apa ini pertanda aku bukan orang bijak), bahwa hasil diujung kesabaran adalah indah. Tapi nyatanya, sakit bukan main. Hingga kini aku hanya bisa mersendawa di hari tanpa mengenal nama itu.

Di suatu tempat, 20 april 2007

Sebuah puisi usang terselip dalam memori, sejenak biarkan kini dimensi waktu ku terhenti menyelami disaat aku masih polos tak bernama. ‘Takkan pernah ada waktu kembali, takkan pernah jua kenangan bergulir lagi, hanya ada tangan menadah, menampikkan segala hujan tanpa awan. Berisik membuat jiwa terbangun, meski terlonta memaksa diri tuk tegar, meski hati terbuka lapang, namun, aku ingin terus menangis… Orang bodoh, adalah orang yang akan terjatuh karena hal yang sama, dan tetap saja keras hati bersikukuh tuk tetap berdiri meski bus yang ingin ditunggunya sudah jatuh dalam jurang… tak pernah kau menyapaku lagi, tak pernah kau tersenyum padaku lagi, tak pernah kau mengobrol denganku lagi, tak pernah kau bertanya padaku lagi, tak pernah kau bersenda gurau denganku lagi, tak pernah kau menganggapku lagi’

Disebuah hari yang sungguh tak terbayang…
Aku menemukan sebuah kertas, dan didalamnya terdapat namamu, untuk informasi lebih akurat, tulisan itu diperuntukkan untukmu. Jelas, bukan dari ku. “… sudahlah, jangan dipikirkan. Aku hanya menyampaikan sebelum kita berpisah dalam tiga tahun ini. Banyak hal yang kukagumi dari kamu. Banyak juga yang aku contoh. Meski pernah juga berharap bisa memposisikan diri seperti ***. Tapi aku tau. Aku tidak akan pernah bisa. Aku tidak ingin seperti itu. Aku pernah dan selalu merasa nyaman melihat gerak-gerikmu, mendengar teriakan dan mendengar diammu. Dan akan tetap seperti itu hingga kamu tidak tampat lagi dimataku. Abaikan saja aku.’ Dan aku tau, mungkin kau tau, tapi tidak mau tau…

Di malam hari, 9 mei 2009

Sebuah tulisan yang niatnya akan tersampaikan padamu, tapi kenyataannya bertemupun rasanya mahal bagimu… hingga ia tidak pernah tersampaikan. Cukup, ada dibawah tempat tidur, bersama kertas-kertas tak jelas rupanya.
“Dan jika aku bisa memilih ; seperti newton yang tenggelam dalam keruwetan teorinya, hendak menjadi gila dan ketika berangsur sediakala, ia tak ingin jadi ilmuwan lagi, namun adakah aku bisa memilih? Dan kemudian mengatakan aku tak ingin mencintaimu lagi. Adakah aku mampu? Seperti boltzman yang bunuh diri, teori yang juga masih dikucilkan, padahal ia tak tahu setahun kemudian Einstein membuktikan kebenarannya. Namun, adakah aku bisa memilih? Dan kemudian mengatakan aku ingin membunuh diriku karenamu, dan bahkan aku tidak tau apakah cintamu akan menjemputku. Adakah aku mampu? Atau, apakah aku salah mendefinisika kelakuanmu? Seperti pesawat ruang angkasa amerika yang hancur di mars hanya karena kesalahan konversi satuan. Adakah aku salah mengkonversikan tingkahmu? Yang kukira cinta, padahal biasa? Adakah seperti itu? Dan ketika kau berkalaklismik aku masih bisa menerima, yakni seperti perubahan tiba-tiba pada permukaan luar bumi, karena wanita itukah? Tak ku tahu. Yang jelas aku bisa menerimamu. Dan ketika itu dia ingin menjadi phyrite, mineral yang dapat mempengaruhi keasaman air. Aku ingin kau seperti air saja. Cukup! Kau tau seperti apa cintaku? Seperti xenotim, ya, seperti itu. Sumber logam itrium dan logam tanah langka lainnya. Adakah kau tau? Dan ketika kau tahu itu, adakah itu mempengaruhimu?...

Pertengahan tahun 2009

Ternyata tuhan seolah-olah mempermainkanku. Takdirku, dan takdirmu, lagi-lagi kita masih sejalan. Dan ku tau, pasti kau menghakimi tuhan. Ya bukan? Kau tau, aku malah sebaliknya, merasa bersyukur. Dan ketika kau memutuskan untuk menghakimi tuhan dan mengambil keputusan untuk hengkang dari jalan yang ditetapkannya, aku tak bisa berbuat apa-apa. Sebab aku bukan sesiapa. Hanya orang usang dalam masa silammu.

Kenyaataan yang kutahu sekarang,,

Ternyata, betapapun usahamu untuk hengkang dari takdir yang telah Tuhan cipkan untuk kita, tetap saja, Tuhan tetap menggariskan takdir itu. Awal yang hanya menjadi titik, lalu garis, dan akhirnya menggambarkan sebuah alur kehidupan dalam dari kita yang terbungkus dalam takdir yang kita sendiri tak mengetahui. Indah, tapi miris. Aku tak tau apakah kau membenci garis Tuhan atau malah berbalik menikmatinya dengan cara senikmat-nikmatnya agar kau tidak merasa tersakiti. Dan jalan pikiranmu seperti apa yang sangat idam-idamkan. Menjadi lelaki Tuhan. Impian yang sudah sangat lama ku pendam sejak aku pertama kali melihatmu. Dan biarkan aku menikmati mimpi itu, kau datang padaku, dengan senyum yang tulus bahagia bukan main, dan ketika ditanya perihal perasaanmu padaku, kau menjawab (dan aku mengamininya dalam sadar), ‘aku tidak tahu apakah aku mencintaimu atau tidak. Tapi yang jelas kutahu, takdir telah membawaku menemuimu’…
Selengkapnya...

Kuliah di Luar Negri… ??


Wah, siapa juga ya yang nggak mau kuliah di luar negri. Ini bukan berarti menandakan bahwa pendidikan Indonesia nggak sebagus di luar negri sehingga kita dituntut untuk bermimpi bisa kuliah di luar negri; tapi memang jika kita kuliah di luar negri, banyak sekali pelajaran yang kita dapet. Bertempat tinggal di lingkungan yang sangat berbeda, merasakan musim yang berbeda, bersosialisasi dengan ‘cara’ berbeda, bahasa yang berbeda, dan jelas metode belajar yang berbeda. Dan pengalaman itu yang semakin akan memperkaya diri kita, menumbuhkan self confidence yang semakin meninggi, dan yang jelas, pengalaman sebagai jejak pembeda dengan orang lain.

Apa tujuan dari kuliah di luar negri? Toh, bukankah di dalam negri sendiri sudah cukup, ada ITB, UGM, UI, yang memang tidak kalah dengan universitas-universitas dunia. Ya, pernyataan seperti itu memang benar, saya sangat setuju, tapi yang perlu ditekankan disini adalah, bagaimana jiwa orang yang ingin membuat jejak pembeda dari yang lain. Sebelum melakukan sesuatu, sebelum bermimpi kuliah di luar negri, maka kita harus meluruskan niat terlebih dahulu sebelum mempersiapkan perbekalan untuk ‘fight’, sebab niat akan menjadi langkah awal jejak pembeda kita yang sebentar lagi akan kita buat, dan perbekalan serta persiapan meraih itu adalah tapak-tapak pembeda yang kita rintis. Yang pertama adalah belajar. Yang kedua adalah berdakwah. Dengan kuliah di luar negri, kita bisa belajar banyak, terjebur dalam lingkungan yang sangat berbeda, dan tentunya tidak dengan keluarga kita. Disana, kita ditempa untuk menjadi diri sendiri, yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri, bagaimana kita ‘fight’ dengan hidup secara mandiri. Berdakwah, dimana kita disana dapat melihat keanekaragaman islam dalam budaya yang berbeda, kita bertemu dengan saudara seiman yang berbeda warna kulit, dan lainnya, yang menjadikan dan menyakinkan diri kita, bahwa kita disini tidak sendirian.

Menuju sekolah yang kita impikan memang tidaklah mudah kawan. Dosen saya pernah berkata, langkah awal, adalah menggilai dirimu dengan mimpi’mu,, contohnya, membuat diri kita sungguh sangat dekat dengan mimpi kita. Contohnya, ketika kita memang pengen sekolah di MIT, taroh gambar MIT di kamer, di dompet, di dapur (hahaha), di mana pun seolah-oleh kita bisa menggenggam itu dan bisa belajar di MIT. Langkah kedua, jangan hanya sia-sia mengangan-angankan mimpi, bergeraklah. Jebakan lucunya, ketika ada training motivasi dan pembahasan toefl bersamaan, mana yang akan diikuti? Kadang kita mikir, training motivasi ini penting diikuti agar semangat kita takkan pernah pudar. Tapi, apakah semangat saja cukup tanpa ada realisasi tindakan yang nyata? Dan pemimpi, biasanya hanya berhenti pada titik dimana dia terus berangan-angan, tanpa pernah melakukan tindakan apa-apa. Langkah terakhir, konsisten. Ini yang sulit.


Sebesar apa pun mimpi ini, jangan pernah mendahului takdir Tuhan. Sama sekali jangan. Jangan pernah pesimis. Saya punya mimpi besar. Mimpi untuk menginjakkan kaki ke amerika, dan bisa belajar disana. Dan saya tau, saya bukan siapa-siapa. Tapi saya sadar, siapa yang akan memperjuangkan mimpi saya ini selain diri saya sendiri. Anda pun demikian!!!
Selengkapnya...

Sabtu, 13 November 2010

part.1 cerita ini itu

Saya nggak pernah nyuruh diri saya untuk melakukan ini semua! Nggak pernah! Dari awal saya ketemu kamu, kenal kamu, dan suka kamu sampai sejauh ini…! Saya enggak pernah nyuruh diri saya untuk suka sama kamu sejauh ini..

Selengkapnya...

Senin, 08 November 2010

Tentang Novel-Novel Tere Liye

buat temen saya yang kemaren minjem novel-novel tere liye tapi saya nggak bawa,, maaf banget, berat, dan lagian saya pulang pun untuk ngungsi dari merapi (jauh banget ngungsinya dari jogja sampe ke jawa barat :D)

Banyak novel-novel tere liye,,
Hafalan sholat delisa, moga bunda disayang Allah, bidadari-bidadari surga, rembulan tenggelam diwajahmu, daun jatuh tak membenci angin, pukat, burlian,, dan the gogons,, ada satu lagi sang penandai (saya punya softnya doang),, cekidot apa yang saya tau (maaf ini ditulis tanpa liat novelnya, jadi lupa-lupa inget ketutup sama rumus-rumus fisika, hehe)


Mengenai novel 'moga bunda disayang Allah'
novel ini menceritakan anak kecil (lupa nama tokohnya) yang dia hidup serba kekurangan. dan kekurangannya bukan dari segi materil, karena dia adalah berasal dari keluarga yang sangat-sangat mampu, kekurangan yang dia miliki adalah dari segi fisik, sebab dia tidak bisa bicara (bisu), tidak bisa mendengar (tuli), dan tidak bisa melihat (buta). dia seakan kehilagan seluruh panca indranya kawan. ketika ada orang yang buta, ia bisa diajari 'dunia' lewat telinganya. ketika ada orang yang tidak bisa bicara+tidak bisa mendengar, dia bisa diajari 'dunia' lewat matanya. tapi, apa yang dialami oleh tokoh utama adalah seluruh media belajarnya tidak ada. bagaimana dia akan mengerti apa itu dunia. saya juga lupa anaknya itu diceritain pas usia berapa (lupa, apa ingetnya kamu, nda? haha). si anak masih kecil, dia tiap hari nangis terus. dia bingung, semua yang ada di hadapannya itu gelap, dia juga tidak bisa mendengar apa-apa, sungguh, dia tidak mengerti, apa arti semua yang dia alami. dia disuruh makan, dia pun tidak mengerti, apa yang sedang dia pegang (red.sendok), dia tidak mengerti apa yang dia makan (red.makanan), dia pun tidak mengerti, siapa itu ibu dan siapa itu ayah. lalu dia menangis, karena dia sama sekali tidak mengerti, apa maksud dia hidup, apa itu dunia. malang sekali bukan anak ini.
ayah dan ibunya orang yang sangat baik dan orang yang sangat-sangat mampu. segala upaya telah dilakukan tapi semua hasilnya nol. usaha ibunya yang tiada henti mengajarkan anaknya hanya untuk sekedar 'ini sendok' pun akhirnya membuahkan hasil setelah ia bertemu dengan pemuda. dan setelah melewati serangkaian cerita yang panjang, akhirnya ditemukan bahwa anak itu bisa belajar melalui indra perasa'nya setelah anak itu bermain-main dengan air. ---saya juga nggak begitu paham---- ,, jadi itu ditulis, a-i-r (mungkin) terus tangannya anak itu disentuhkan ke air. ini i-b-u disentuhkan ke ibunya,, (gitu kali y? ahahaha). nah, cerita ini diilhami dari kisah nyata. bagus sih ceritanya, cuma dibagian akhir kurang dijelasin, kok bisa nemuin metode pembelajaran kayak gitu. tapi tere liye yang gaya ceritanya melankolis udah cukup sukses membuat saya nangis bombai,,

Mengenai novel 'Bidadari-Bidadari surga'
novel ini juga nggak kalah bisa bikin nangis..ceritanya simpel, tapi ngena banget.
ini cerita mengenai si kakak perempuan yang bukan kandung, tapi bener-bener memperjuangkan hidupnya demi adek-adeknya. dia bekerja pontang-panting demi menghidupi adek2nya biar adek2nya bisa sekolah. ayahnya meninggal, dan sejak saat itu dia 'mengikrarkan' dirinya untuk menjadi 'malaikat' di keluarganya. hingga akhirnya adek-adeknya bisa sukses, yang saya inget itu adek laki-laki'nya yang jadi ilmuwan. betapa dia bangga bisa membantu adek-adeknya, dia seneng banget karena dia pikir, dia yang bertanggug jawab setelah ayahnya tiada sebab dia itu anak pertama. nah, waktu itu adek-adeknya itu nikah, tapi mereka nggak mau ngelangkahi kakanya itu, kalo kakak dilangkahi duluan itu rasanya gimana gitu, dan di cap jelek (sebagai perawan tua nantinya) di desanya. tapi si kakak meyakinkan, nggak apa-apa, saya belum ketemu jodoh saya. hingga akhirnya adek-adeknya nikah. si kakak ini, maaf, emang berbeda sama adek-adeknya, dia itu item, jelek, gendut, pendek, dan dia emang nggak ada jodoh (diceritainnya kalo kasarnya gitu),, tapi jiwanya, sungguh-sungguh sangat mulia. sampai dia meninggal sekalipun, dia sangat menyayangi adek-adeknya padahal bukan adek kandung,, makanya itu dia itu calon bidadari surga.

Banyak novel-novel tere liye lainnya,,
Hafalan sholat delisa, moga bunda disayang Allah, bidadari-bidadari surga, rembulan tenggelam diwajahmu, daun jatuh tak membenci angin, pukat, burlian,, dan the gogons. novel the gogons ini udah lama waktu saya smp keluarnya (tami punya), yang jelas itu novel semi misteri yang penulisnya bener-bener bikin kita mikir seluruh jalan ceritanya...
buat santi, nanti y san saya bawa pulang kerumahnya,, saya punya 5 novel tere liye,,
Selengkapnya...

Kamis, 05 Agustus 2010

yang bagus2,, :)

academicerth.org --> video perkuliahan dari berbagai univ di amerika
ocw.mit.edu --> mit course
bosowa foundation --> beasiswa ke amerika
beasiswa kuliah di amerika (book)
beasiswabelajar.com
http://infolomba.blogsome.com/
http://www.lombalomba.com/ Selengkapnya...

Selasa, 20 Juli 2010

Akan Selalu Tetap Seperti Itu

dan waktu memang mempertemukan kita kembali, tepat beberapa jam sebelum ini.

derasnya tetap seperti itu, selalu seperti itu, dan selalu akan tetap seperti itu.

pantulannya tetap seperti itu, selalu seperti itu, dan selalu akan tetap seperti itu

sama halnya dengan gravitasi bumi, gelombang bunyi, akan tetap seperti itu

'suhu' disekitar kita tetap seperti itu, selalu seperti itu, dan selalu akan tetap seperti itu

diam kita, belenggu ini, keacuhan ini, akan tetap seperti itu,

dan akan tetap tak kan membuatku bunuh diri. 

tetap seperti itu

selalu seperti itu

dan akan selalu tetap seperti itu

sama ketika waktu aku pertama kali menggunakan seragam smp,,

dan pandanganmu waktu itu, tetap seperti itu, hingga kita.

antara kita, akan selalu tetap seperti itu


--tetap seperti itu, selalu seperti itu, dan selalu akan tetap seperti itu, percayalah--

Selengkapnya...

Minggu, 27 Juni 2010

Jauh sebelum ini, dosakah?

Keterangan tentang kita, saat kita mulai meniti garis pantai. Bunyinya akan seperti ini,
 
Keberadaanmu dalam diam dan ruang isolasi hatiku, sesungguhnya awalnya tidak berarti apa-apa, seperti kapas yang jatuh yang terombang-ambing udara, yang gerakannya tersayat oleh gesekan udara. Ada yang menghalangi, namun tetap ia akan terbang dan jatuh ke tanah karena gravitasi bumi. Dan ada'mu, tetap tak meninggalkan jejak sama sekali seperti kapas itu, dulu. Sekarang? Dosakah?
 
Tutur dan sikapmu yang tidak juga meninggalkan jejak pada awalnya. Sesaat hembusan nafas dalam hati tidak juga menyadari, apakah kini aku sudah berdosa, tepatnya kita, kita sudah berdosa, -meski dalam artian dengan pemegang kuasa yang berbeda, versi yang berbeda.
 
Bahwa, dengarlah. Diluar sana ada banyak hakim-hakim yang siap mengetok palunya untuk memenjara kita. Membawa kitab perundang-undangan mereka dan berkoar secara tegas bahwa memang aturan itu adalah memang membelenggu kita. Dosakah?


Dan juga ada para jaksa agung yang ikut menekan-nekan kita. Sedang kita tak punya pengacara kecuali hati kita. Kecuali, segala material apapun hingga yang berskala nano, yang ada didalam benak kita. Dan jelas, ia tidak akan pernah berbicara, yang mendengar dan merasakan cukup kita berdua. Dan aku hanya tinggal dalam keadaan sebelum ini, dimana hati dan diriku serta dirimu yang hampir meledak. Aku pun ingin meledak. Tapi sikapmu sungguh membuat ledakan itu meredam, meredam dengan sempurna, cukup dengan sebuah anggukan dan seulas senyum ketegasanmu.
 
Kau benar, tak ada yang bisa menghakimi hidup kita. Cukup Tuhan. Dan jika Tuhan belum mengutusnya dalam ruang dan dimensi masa ini, jangan ada yang boleh menghukum dosa-dosa kita. Biar, semua indah pada waktunya. Atau mungkin, semua hancur pada waktunya.
 
Kau tau, banyak yang menyeru di telingaku dan memasukkan dengan paksa seluruh opini-opini mereka. Mereka bilang, kau tak lebih dari seorang yang 'sesat', tak lebih dari 'korban kesesatan' tak perlu dipilih, tak perlu bahkan hanya untuk sekedar didekati, karena seluruh hidupmu telah sesat. Jatuh! Mereka menganggap telah menjatuhkan diriku. Mereka bilang, bahwa seorang budak hitam legam tak punya apa-apa kecuali raganya, bahkan jauh lebih baik darimu. Dan mereka tidak bisa menghakimi hidupku.
 
Yang tengah dirundung sepi disana, dirimu, lihatlah, seorang yang tengah terbisu dalam pojok ruang waktu,yang tak bisa mengontrol bunyi nafasnya sendiri serta mata yang merah tengah menahan segala gejolak yang ada. Memikirkan satu hal, ketika segala rasa ini dipertanggung jawabkan, dosakah? Ketika hati kita saling menggenggam, tenanglah, begitu tuturmu, ada, ada yang mempertahankan kita. Rasa ini, yang terpatri jauh sebelum kita menyadari ini semua...
Selengkapnya...

Kamis, 24 Juni 2010

Segala tentang 'indah'

Kata yang terindah adalah ibu, kala sang anak dengan tulus nya memanggil dari kedalaman hatinya
Tempat yang terindah adalah tempat peribadatan, kala banyak orang yang memuja tuhannya disana
Suasana yang terindah adalah kedamaian, kala ada ketenangan yang berbaur bersama kesenangan
Suara yang terindah adalah hai, kala pengucapannya degan senyum bersahaja
Kebodohan yang terindah adalah sakit hati, kala hati yang haus itu menangis, dan dalam tangisnya itu ia menikmati dirinya
Langit yang terindah adalah yang kau hadapi, kala ada keikhlasan yang menyelimuti
Senyum yang terindah adalah senyum milik ayah, kala ayah dengan senangnya tersenyum diantara peluhnya
Indah yang terindah adalah dirimu sendiri, hingga ada orang yang dapat mencintaimu dengan apa adanya ...
waktu yang terindah bagiku adalah selama 7 tahun ini, masih tetap seperti aku yang dulu... dan 7 tahun adalah bodoh jika dikatakan hanya cinta monyet

Selengkapnya...

Untuk Danus PAS 2010





Assalamualaikum…


Saya menemukan kalian, orang-orang yang tak perlu penghargaan, yang tak butuh pengakuan, dan yang tak menginginkan sebuah ekstensi, dalam permata anggun didalam rumah seorang irlander. Teman, adakah yang bisa mengetahui takdir yang dilimpahkan dengan bertubi-tubinya, lalu dilempar begitu saja ruang waktu kita dalam dimensi yang sama? Jangan bayangkan seperti partikel tachiyon, mungkin keakraban kita lebih dari itu. Yang ‘kecepatannya melebihi kecepatan cahaya’ karena ‘tak ada massa’. Yang keakraban itu menyatu begitu saja karena tidak ada tembok penghalang bagi hati kita untuk menyatu. Yang bersifat komposit, bersama kita menjadi lebih kuat. Dan bersama kalian dalam keluarga danus pas 2010, adalah partisi dari integral perjalanan hidup kita. Dan ‘ke-alfa’an’ kalian yang selalu terus maju tanpa bisa dibelokkan oleh medan magnet yang bernama cobaan. Saya mengagumi manusia-manusia seperti kalian. Saya mencintai kalian karena Allah…

Langsung saja,
Intinya, saya bersyukur banget waktu itu bisa terjebak oleh bujukan lita dan ajakan dari hesti yang menyuruh saya untuk masuk dalam kepanian pas di sie danus. Jujur, awalnya hanyalah sebuah paksaan, karena saya sama sekali tidak terbiasa dengan danus, dan mungkin temen-temen bisa liat dari kinerja saya. Sebelumnya saya juga minta maaf banget, karena selama kepanitiaan ini, saya sangat-sangat nggak maksimal, awal-awal jadwal kita, saya pegang kepanitiaan lagi dan ‘merasa’ lebih intens disana dan mengabaikan danus. Tapi, setelah kepanitiaan itu berakhir dan saya punya waktu did anus, di hari –H, saya bener2 merasa, kalian emang eror, dan saya suka itu. Kekeluargaannya itu loh yang saya suka. Waktu di mushola, saya nguping, yang cewe2 itu ngomong kalo danus itu paling kompak, kemana2 bareng-bareng, huhuhu, saya ngerasa bangga juga punya teme2 yang kompak meskipun eror kayak kalian, hehehe…
Mari diperkenalkan siapa kalian itu,, dimata saya,,,,
Lita, ibu koor kita, yang sebelumnya tidak kita sangka menjadi seorang coordinator. Yang awalnya berasa biasa aja karena emang menyepelehkan karena satu kelas. Tapi, lama-lama, dia memang muncul sebagai seorang coordinator, yang terkenal dengan insiden ‘tiiiit kotok di kosnya’. Dibalik itu, saya salut sama lita, yang udah malem masih terus bergerak, yang dengan kepemimpinannya itu danus pas kita sukses kayak tadi. Tapi, jujur, ibu koor ini kurang tegas, kurang bisa menjadi seorang coordinator yang kerjanya sebagaian besar adalah mengkordinir, atau kasarnya menyuruh-nyuruh. Kurang dapet feel’nya. Karena selama saya kepanitian, baru kali ini ibu koor yang murah senyum alias eror ketawa-ketawa nggak jelas, tapi juga melaksanakan semua tugas itu secara teknis. Saya berpikir sih, iu kita ini memang lebih cocok kerja secara teknis. Tapi untuk semua itu, lita emang koor paling baik… 
Garda, bapak koor kita yang selalu memimpin digarda depan untuk membimbing kita mendapatkan uang-uang yang berlimpah, lebay. Yang ternyata juga sama-sama gilanya. Kadang-kadang suka ‘miscom’ sama ibu koor, yang biasanya dibalik hijab ibu koor menjelaskan dengan kesabaran yang sudah beranjak menjadi kejengkelan. Pasangan eror yang sangat cocok jika boleh jujur… hehe, pis… karena saya emang nggak begitu banyak mengenal bapak koor, ya, yang saya komentari hanya yang tampak saja saat hari h. tapi, keseluruhannya, boleh juga, bisa diajak kerja sama.
Hesti, yang selalu setia bersama ibu koor. Yang waktu itu kita nangis bareng y, hes? Yang selalu nyeletuk, ‘nanda nggak pernah ngebagiin proposal niy’, saya Cuma bisa nyengir kuda. Atau yang selalu menyimpan rahasia, udah ngomong setengah, tak Tanya, eh, malah nggak dilanjutin. Siapa orang yang nggak kesel kan, hes? Saya juga minta maaf waktu itu nyentak kamu karena masalah ini yang terjadi di waktu yang sama sekali nggak tepat. Kalo nggak mau ngomong jujur, mending nggak usah ngomong sekalian, daripada bikin orang kesel. Toh, kalo kamu diposisikan seperti itu juga nggak mau kan? Tapi, kerja kerasnya menemani lita, hingga ia pulang ke bantul selalu malam2 (sok tahu). Yang kadang selalu menenangkan lita ketika penyakit paniknya kambuh. Ya, dewasa, tapi juga tetep, eror… (karena semua yang didanus itu orang2 eror yang nggak jelas, hehe
Helida, yang satu ini suka ketawa. Saya nggak bisa ngomong lebih jauh karena saya juga belum merasakan sepenuhnya kerja sama bersama kalian. Yang saya tau, helida emang rame banget. Tidak tergantikan. Momen paling berharga itu waktu lita yang ketangkep basah ‘takut’ sama lia. Helida dan hesti, ditambah saya sendiri Cuma ketawa tanpa bisa bantuin lita yang sedang menghadapi musuh ganas. Dan garda yang ngakak-ngakak, mengetahui pasangan koor’nya itu bertekuk lutut dihadapan musuh ganas itu. Haha, kalian emang gila.
Lia, yang cantik meski eror (tapi nggak separah koornya), dan selalu membantu kita. Yang diem tapi kadang nyeletuk-nyeletuk kelucuan keerorannya itu. Yang pendiem, yang selalu siap jaga stan bazaar kemaren.
Silmi, sastrawan yang tak kita hidupnya pun ‘nyastra’ tapi pada kenyataannya eror juga. Suka ketawa-ketawa nggak jelas. Yang di hari h sibuk ngentuin di acara. Good job. Yang paling berkesan itu pas poto2 gila di gema insani, yang muncul dari seorang silmi, dan setelah saat itu, kita mulai menggila… ohya, juga helm power ranger nya yang pink, waduh, cantik banget kamu pake itu,, hehe, becanda… yang mengenai kerudung macam, yang dibilang si garda,, huhu. Semuanya eror, saya suka… 
Rendi, kayaknya Cuma dia yang nggak eror (eror tingkat rendah), yang paling diem, dan yang paling bener kayaknya. Enak diajak kerja sama anaknya,,

Secara keseluruhan, saya menyukai panitia danus ini, bukan, bukan karena kerjasamanya (karena saya ggak merasakan itu), tapi karena kekeluargaannya.
Garda, saya minta maaf, nggak bisa ikut2 berjuang bareng kalian. Waktu itu ada acara LSiS, karena kebetulan saya anak Lsis, ditambah jadi panitia. Acara workshop beasiswa itu yang juga Alhamdulillah sukses. Saya minta maaf, kalo saya lebih memilih atau mementingkan tanggung jawab saya di LSiS, dan mengesampingkan tanggung jawab saya di danus. Waktu di acara LSiS itu, saya jadi koor acara yang nggak punya staf, (loh, aneh kan), dan makanya waktu itu nggak bisa ninggalin, asal tau aja, kemaren acara yang bisa dapet 100 orang lebih (meskipun acaranya bayar), itu Cuma terdiri dari 8 orang dari kepanitiannya. Disini, saya minta maaf.
Udah, makasih untuk semuanya.
Saya seneng banget bisa Cuma temen2 eror bareng kalian… 

Wassalamualaikum wr.wb
Selengkapnya...

Senin, 07 Juni 2010

Untuk Ketiga kali'nya...

ini, untuk ketiga kalinya bikin blog setelah lama nggak keurus,,,

huhuhu, semoga ini menjadi blog terakhir, hehehh, lebay

Selengkapnya...