Si EmPunYa BloG

Hanya semua coret-coretan tak berharga. Menyemai waktu dalam kesulitan angka dan segala kalkulasi dari persamaan differensial. Seorang manusia bernama Nanda Shabrina, yang terlalu sibuk oleh dirinya sendiri, terjebak dalam 'fisika', dan kini tengah merasakan nikmatnya terjebak di sana.

Sabtu, 20 November 2010

Kuliah di Luar Negri… ??


Wah, siapa juga ya yang nggak mau kuliah di luar negri. Ini bukan berarti menandakan bahwa pendidikan Indonesia nggak sebagus di luar negri sehingga kita dituntut untuk bermimpi bisa kuliah di luar negri; tapi memang jika kita kuliah di luar negri, banyak sekali pelajaran yang kita dapet. Bertempat tinggal di lingkungan yang sangat berbeda, merasakan musim yang berbeda, bersosialisasi dengan ‘cara’ berbeda, bahasa yang berbeda, dan jelas metode belajar yang berbeda. Dan pengalaman itu yang semakin akan memperkaya diri kita, menumbuhkan self confidence yang semakin meninggi, dan yang jelas, pengalaman sebagai jejak pembeda dengan orang lain.

Apa tujuan dari kuliah di luar negri? Toh, bukankah di dalam negri sendiri sudah cukup, ada ITB, UGM, UI, yang memang tidak kalah dengan universitas-universitas dunia. Ya, pernyataan seperti itu memang benar, saya sangat setuju, tapi yang perlu ditekankan disini adalah, bagaimana jiwa orang yang ingin membuat jejak pembeda dari yang lain. Sebelum melakukan sesuatu, sebelum bermimpi kuliah di luar negri, maka kita harus meluruskan niat terlebih dahulu sebelum mempersiapkan perbekalan untuk ‘fight’, sebab niat akan menjadi langkah awal jejak pembeda kita yang sebentar lagi akan kita buat, dan perbekalan serta persiapan meraih itu adalah tapak-tapak pembeda yang kita rintis. Yang pertama adalah belajar. Yang kedua adalah berdakwah. Dengan kuliah di luar negri, kita bisa belajar banyak, terjebur dalam lingkungan yang sangat berbeda, dan tentunya tidak dengan keluarga kita. Disana, kita ditempa untuk menjadi diri sendiri, yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri, bagaimana kita ‘fight’ dengan hidup secara mandiri. Berdakwah, dimana kita disana dapat melihat keanekaragaman islam dalam budaya yang berbeda, kita bertemu dengan saudara seiman yang berbeda warna kulit, dan lainnya, yang menjadikan dan menyakinkan diri kita, bahwa kita disini tidak sendirian.

Menuju sekolah yang kita impikan memang tidaklah mudah kawan. Dosen saya pernah berkata, langkah awal, adalah menggilai dirimu dengan mimpi’mu,, contohnya, membuat diri kita sungguh sangat dekat dengan mimpi kita. Contohnya, ketika kita memang pengen sekolah di MIT, taroh gambar MIT di kamer, di dompet, di dapur (hahaha), di mana pun seolah-oleh kita bisa menggenggam itu dan bisa belajar di MIT. Langkah kedua, jangan hanya sia-sia mengangan-angankan mimpi, bergeraklah. Jebakan lucunya, ketika ada training motivasi dan pembahasan toefl bersamaan, mana yang akan diikuti? Kadang kita mikir, training motivasi ini penting diikuti agar semangat kita takkan pernah pudar. Tapi, apakah semangat saja cukup tanpa ada realisasi tindakan yang nyata? Dan pemimpi, biasanya hanya berhenti pada titik dimana dia terus berangan-angan, tanpa pernah melakukan tindakan apa-apa. Langkah terakhir, konsisten. Ini yang sulit.


Sebesar apa pun mimpi ini, jangan pernah mendahului takdir Tuhan. Sama sekali jangan. Jangan pernah pesimis. Saya punya mimpi besar. Mimpi untuk menginjakkan kaki ke amerika, dan bisa belajar disana. Dan saya tau, saya bukan siapa-siapa. Tapi saya sadar, siapa yang akan memperjuangkan mimpi saya ini selain diri saya sendiri. Anda pun demikian!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar