Keterangan tentang kita, saat kita mulai meniti garis pantai. Bunyinya akan seperti ini,
Keberadaanmu dalam diam dan ruang isolasi hatiku, sesungguhnya awalnya tidak berarti apa-apa, seperti kapas yang jatuh yang terombang-ambing udara, yang gerakannya tersayat oleh gesekan udara. Ada yang menghalangi, namun tetap ia akan terbang dan jatuh ke tanah karena gravitasi bumi. Dan ada'mu, tetap tak meninggalkan jejak sama sekali seperti kapas itu, dulu. Sekarang? Dosakah?
Tutur dan sikapmu yang tidak juga meninggalkan jejak pada awalnya. Sesaat hembusan nafas dalam hati tidak juga menyadari, apakah kini aku sudah berdosa, tepatnya kita, kita sudah berdosa, -meski dalam artian dengan pemegang kuasa yang berbeda, versi yang berbeda.
Bahwa, dengarlah. Diluar sana ada banyak hakim-hakim yang siap mengetok palunya untuk memenjara kita. Membawa kitab perundang-undangan mereka dan berkoar secara tegas bahwa memang aturan itu adalah memang membelenggu kita. Dosakah?
Dan juga ada para jaksa agung yang ikut menekan-nekan kita. Sedang kita tak punya pengacara kecuali hati kita. Kecuali, segala material apapun hingga yang berskala nano, yang ada didalam benak kita. Dan jelas, ia tidak akan pernah berbicara, yang mendengar dan merasakan cukup kita berdua. Dan aku hanya tinggal dalam keadaan sebelum ini, dimana hati dan diriku serta dirimu yang hampir meledak. Aku pun ingin meledak. Tapi sikapmu sungguh membuat ledakan itu meredam, meredam dengan sempurna, cukup dengan sebuah anggukan dan seulas senyum ketegasanmu.
Kau benar, tak ada yang bisa menghakimi hidup kita. Cukup Tuhan. Dan jika Tuhan belum mengutusnya dalam ruang dan dimensi masa ini, jangan ada yang boleh menghukum dosa-dosa kita. Biar, semua indah pada waktunya. Atau mungkin, semua hancur pada waktunya.
Kau tau, banyak yang menyeru di telingaku dan memasukkan dengan paksa seluruh opini-opini mereka. Mereka bilang, kau tak lebih dari seorang yang 'sesat', tak lebih dari 'korban kesesatan' tak perlu dipilih, tak perlu bahkan hanya untuk sekedar didekati, karena seluruh hidupmu telah sesat. Jatuh! Mereka menganggap telah menjatuhkan diriku. Mereka bilang, bahwa seorang budak hitam legam tak punya apa-apa kecuali raganya, bahkan jauh lebih baik darimu. Dan mereka tidak bisa menghakimi hidupku.
Yang tengah dirundung sepi disana, dirimu, lihatlah, seorang yang tengah terbisu dalam pojok ruang waktu,yang tak bisa mengontrol bunyi nafasnya sendiri serta mata yang merah tengah menahan segala gejolak yang ada. Memikirkan satu hal, ketika segala rasa ini dipertanggung jawabkan, dosakah? Ketika hati kita saling menggenggam, tenanglah, begitu tuturmu, ada, ada yang mempertahankan kita. Rasa ini, yang terpatri jauh sebelum kita menyadari ini semua...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar